![]() |
Sebuah potret lawas yang menggambarkan penjualan garam di Pasar Jono sebelum tahun 1949. (Foto: collectie.wereldculturen.nl) |
Di masa lalu, Desa Jono pernah mengalami masa kejayaan sebagai produsen garam di Indonesia. Pada masa itu, produksi garam laut belum semasif sekarang sehingga pasar garam masih sangat luas dan potensial. Maka, tidaklah mengherankan, jika pada masa tersebut, banyak petani garam di Jono yang menjadi saudagar-saudagar kaya.
Setelah tahun 1970-an, garam laut telah banyak diproduksi dalam skala industri yang lebih besar. Imbasnya, ketergantungan terhadap komoditas garam dan bleng di Jono semakin berkurang.
Sekitar tahun 1950, jumlah pengusaha garam di Desa Jono ada ratusan orang dengan produksi hampir 5.000 ton per tahun. Namun, kemudian, jumlah petani garam Jono berangsur berkurang sehingga sekarang hanya tinggal 50-an orang dengan produksi sekitar 100 ton per tahun.
Kondisi ini lantaran masalah pemasaran yang masih kalah dengan garam air laut karena terbatasnya hasil produksi. Selain itu, produksi masih dilakukan secara tradisional—yang menjadikan garam Jono baru dihasilkan dalam jangka waktu cukup lama.
Dari mana asal garamnya? Semula lembah Jono adalah perairan laut, terletak di antara pegunungan Kendeng dan pegunungan Rembang. Karena adanya proses sedimentasi dari Pegunungan Kendeng dan Pegunungan Rembang, maka lama kelamaan menjadi dangkal dan terbentuk rawa—ditumbuhi tumbuhan rawa. Proses sedimentasi terus berlanjut sehingga daerah tersebut menjadi kering dan tumbuhan rawa mati.
Sisa-sisa tumbuhan rawa yang mati diendapkan oleh sedimen kemudian membentuk gas metana. Selain itu, sisa-sisa tumbuhan yang bercampur air laut dan tertutup oleh material sedimen kemudian menjadi lumpur.
Maka, tidak mengherankan apabila di daerah Jono dapat ditemukan jebakan-jebakan air payau, lumpur, serta semburan gas metana di beberapa lokasi. Gas metana ini sangat berbahaya karena mudah terbakar, sehingga biasanya pada lubang di mana gas tersebut keluar, pasti akan dibakar supaya gas tersebut tidak membahayakan warga setempat. (Diolah dari artikel di blog noenkcahyana)