GpGlBSW0TfG8TpY7TpOiTUz5Gd==

Didirikan Tahun 1752, Masjid KH. Burham Jengglong Jadi Saksi Penyebaran Islam di Purwodadi

Berpose di salah satu sudut Masjid KH. Burham. (Khazanahgrobogan/BMA)
Khazanahgrobogan - Di Purwodadi, nama Masjid KH. Burham boleh jadi kalah populer dengan Masjid Baitul Ma’mur di Alun-alun Purwodadi atau Masjid Jabalul Khoir di Simpanglima Purwodadi. Tapi, masjid yang terletak di Kampung Jengglong Barat, Kelurahan Purwodadi, Kecamatan Purwodadi itu, menyimpan sejarah dan menjadi saksi penyebaran Islam di wilayah Kabupaten Grobogan tempo doeloe.

Masjid—dulu langgar—KH. Burham didirikan sekitar tahun 1752 oleh KH. Konawi, seorang ulama dari Jawa Timur. Masjid itu berada di pinggiran sungai lusi. Dari bibir sungai hanya berjarak sekitar 40-an meter. Pada masa itu, ibu kota kabupatennya masih berpusat di Grobogan, dipimpin oleh Adipati Martopuro atau Adipati Puger.

Sebagai wahana dakwah dan syiar Islam, KH. Konawi berinisiatif mendirikan sebuah langgar panggung. Langgar dibuat dalam bentuk panggung karena ketika itu masih rawan banjir saat musim hujan. Apalagi mengingat ketika itu sebagian besar wilayah Purwodadi masih berupa rawa-rawa dan belum padat penduduk seperti sekarang.

Langgar yang dibuat oleh KH. Konawi masih berupa bangunan kecil dengan kapasitas 30-an jemaah. KH. Konawi sendiri diceritakan meninggal dunia semasa perjalanan pulang dari ibadah haji dan jenazahnya dimakamkan di Pulau Ceylon (Sri Lanka). Sepeninggal KH. Konawi, dakwah dan syiar Islam di kota Purwodadi dan sekitarnya, diteruskan oleh putranya yang bernama KH. Burham. Sepeninggal KH. Burham, oleh masyarakat setempat, langgar tersebut diberi nama “Langgar KH. Burham”.

Seiring jumlah jemaah yang semakin banyak, pada tahun 1991—tepatnya tanggal 28 Oktober, langgar KH. Burham dipugar menjadi langgar gedhe oleh cucu KH. Burham yang tinggal di kampung tersebut, yaitu H. Wodjo Karyoso. Kemudian pada tahun 1992, kembali dipugar lagi, kali ini secara besar-besaran menjadi masjid dan pada serambi depan diperluas lagi untuk menampung jemaah yang semakin banyak.

Masjid KH. Burham juga dilengkapi sebuah menara yang cukup tinggi di sebelah selatan masjid. Kemudian pada tahun 2016, masjid tersebut diperluas lagi. Sampai saat ini, Masjid KH. Burham bisa menampung sekitar 250 jemaah.

Meski dipugar, namun ada beberapa bagian bangunan lama yang tetap dipertahankan. Bagian yang tetap dipertahankan adalah empat soko guru, lantai geladag (papan tebal dari kayu jati), dan ukiran serambi depan, serta pintu ukirnya sekarang ditempatkan di dalam. Sedangkan pintu ukirnya diletakkan di depan imam. Selain itu, bedug besar dari kayu jati utuh atau tanpa sambungan juga masih diletakkan di pojok masjid tersebut. (BMA - Redaksi Khazanah Grobogan)

 



Jasaview.id

Type above and press Enter to search.