GpGlBSW0TfG8TpY7TpOiTUz5Gd==

Tjandramukti, Sosok di Balik Kedelai Grobogan

Tjandramukti, sosok di balik penemuan kedela Grobogan. (Foto: istimewa)
Khazanahgrobogan.com - Barangkali belum banyak yang kenal dengan sosok ini. Padahal dari tangan dinginnya, telah ditemukan varietas kedelai dengan produktivitas yang sangat tinggi. Ya, peneliti pertanian tropis dan salah satu pelopor mixed farming yang mengabdikan hampir seluruh hidupnya di desa ini, sekitar tahun 2000 berhasil menemukan varietas kedelai yang memiliki produktivitas yang tinggi, mencapai 3,4 ton per hektar—salah satu yang tertinggi di daerah tropis secara internasional, dibandingkan rata- rata nasional yang hanya 1,3 ton per hektar.

Kedelai ini memiliki ukuran besar, protein yang tinggi (43,9 %), umur yang pendek (72 hari), dan memiliki kemampuan adaptasi yang baik di daerah tropis bila ditanam dengan best practice yang ia kembangkan. Hasil pemurnian bertahun-tahun dalam keadaan yang terkontrol, pada akhirnya menghasilkan dua varietas kedelai unggul, yang pertama telah diserahkan kepada pemerintah daerah dan didaftarkan menjadi benih kedelai unggul nasional dengan nama “Kedelai Grobogan”, sedang varietas yang lain belum didaftarkan.

Tahun 2007, kelompok tani di salah satu desa di kabupaten Grobogan—yang mendapat pendampingan Tjandramukti, yakni Kelompok Tani Kabul Lestari di Desa Panunggalan, Kecamatan Pulokulon, meraih juara nasional Kelompok Tani Agribisnis Kedelai. Produksi kedelai di desa tersebut mencapai 3,4 ton per hektar dengan rata-rata kelompok pada angka 3,2 ton per hektar. Semuanya ditanam pada musim hujan meski pemerintah menganjurkan penanaman kedelai pada musim kemarau.

Selama bertahun-tahun, petani di Desa Panunggalan menanam kedelai dengan metode penanaman dan pemupukan dari Budi Mixed Farming (BMF) yang dikenalkan Tjandramukti. BMF adalah perusahaan pertanian dan peternakan kecil inovatif yang berbasis pada penelitian. Perusahaan itu fokus pada pemberian solusi sistem pertanian campuran (mixed farming system) dan optimalisasi produksi tanaman subtropis di wilayah tropis, seperti kedelai.

Berkat sistem tersebut, pada 2006 rata-rata produksi kedelai di desa itu bisa mencapai 3 ton per hektar. Bahkan, beberapa petani dapat mencapai lebih dari 4 ton per hektar. Keberhasilan inilah yang membawa kelompok tani yang dibina BMF meraih juara Nasional Kelompok Tani Agribisnis Kedelai.

Selain kedelai, Tjandramukti juga menemukan konsep sumur resapan komunal untuk memanen air hujan di lahan persawahan serta metode optimalisasi tanaman subtropis di daerah tropis seperti ketela pohon, jagung, dan kedelai. Penemuan-penemuan hebat itu mengantarkan Tjandramukti masuk ke dalam 10 penemu hebat asal Indonesia yang diakui dunia internasional versi sebuah situs. Bahkan Tjandramukti menempati posisi pertama.

Tjandramukti meninggal dunia tahun 2011. Kini teknologi optimalisasi BMF diteruskan oleh anaknya, Adi Widjaja, yang berkat Kedelai Grobogan temuan ayahnya, Adi pernah menyabet juara Wirausaha Muda Mandiri yang dihelat oleh Bank Mandiri. (BMA - Redaksi Khazanah Grobogan)

 



Jasaview.id

Type above and press Enter to search.