GpGlBSW0TfG8TpY7TpOiTUz5Gd==

Turuk Bintul, Kudapan Jadul Khas Jawa Ini Bisa Dijumpai di Rumah Makan Ini Lho

Teruk bintul atau turuk bintul, kudapan yang tersedia di Rumah Makan Mbak Nik, Klampok, Godong. (Khazanahgrobogan/BMA)
Khazanahgrobogan - Di sejumlah daerah di Jawa Tengah, di antaranya di Grobogan, terdapat sebuah cemilan atau kudapan bercita rasa tempo dulu yang memiliki nama saru, yaitu turuk bintul. “Turuk” dalam bahasa Jawa berarti kemaluan perempuan, sedang “bintul” berarti bentol atau bengkak kecil. Kudapan jadul ini eksistensinya sudah sulit dijumpai, bahkan nyaris dilupakan.


Terinspirasi untuk mengangkat kembali kuliner jadul itu, dengan tujuan agar eksistensinya tidak punah dan dilupakan, sebuah rumah makan di Kabupaten Grobogan, yaitu Rumah Makan Mbak Nik, sejak tahun 2005 lalu menyediakan kudapan berbahan baku utama beras ketan dan kacang tolo itu.


Rumah Makan Mbak Nik sendiri merupakan destinasi kuliner yang berada di Jalan Raya Purwodadi – Semarang, tepatnya di Desa Klampok, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan. Rumah makan ini  telah berdiri sejak 2 Februari 2002.


Rumah Makan Mbak Nik menyediakan pelbagai menu khas Jawa seperti mangut ndas manyung, garang asem ayam kampung, semur kuthuk, opor ayam, sayur lodeh, dan sebagainya. Juga menu andalannya, yaitu ayam goreng dan bakar. Di antara menu-menu itu, Rumah Makan Mbak Nik juga menyediakan aneka kudapan, di antaranya yang spesial adalah turuk bintul. 


Kudapan jadul turuk bintul di Rumah Makan Mbak Nik disamarkan dengan label "Teruk bintul". (Khazanahgrobogan/BMA)
Pemilik Rumah Makan Mbak Nik, HM. Umar Syahid, menyatakan bahwa turuk bintul merupakan penganan tradisional warisan leluhur tempo dulu. “Dulu, kudapan ini sangat mudah dijumpai dan sering dibuat, terutama untuk keperluan suguhan acara-acara pesta hajatan warga, seperti saat mantenan dan sunatan,” tuturnya.

Saat ini, dia menyediakan kudapan itu di rumah makan miliknya dengan tujuan untuk nguri-nguri atau melestarikan kuliner warisan leluhur yang saat ini sudah jarang dijumpai.


Di rumah makan miliknya, HM. Umar Syahid melabeli kudapan turuk bintul dengan “teruk bintul”. Kata “teruk” disematkan untuk memperhalus kata “turuk” yang dalam lingusitik Jawa masa kini terkategori vulgar. Apalagi tambahan kata “bintul” yang semakin memperkuat kesan saru.


Turuk Bintul sendiri adalah penganan yang terbuat dari bahan baku utama beras ketan dan kacang tolo, serta parutan kelapa dan garam. Cara membuatnya, masak beras ketan. Setelah air menyusut, angkat. Lalu campurkan kelapa parut dengan nasi ketan, kukus sampai matang.


Selanjutnya, tumbuk ketan selagi panas sampai lengket dan kalis, baru kemudian ditaburi kacang tolo kukus. Kacang tolo inilah yang mencuatkan kesan seolah-olah terdapat bekas bintul atau bengkak-bengkak kecil, sehingga dari sinilah kemudian kudapan ini dinamakan turuk bintul.


Dalam penyajiannya, ketan yang sudah ditumbuk dan ditaburi kacang tolo, dibungkus daun pisang menyerupai lontong namun bentuknya lebih kecil. Saat menyantapnya, bungkus daun pisang dibuka, lalu turuk bintul dipotong-potong. Turuk bintul bercita rasa gurih, pulen, dan lembut. Sangat nikmat disantap sembari menyeruput kopi atau teh hangat.

 

 



Jasaview.id

Type above and press Enter to search.