Sayur becek, kuliner khas Grobogan yang berakar dari budaya kuliner dan tradisi yang berkembang di masyarakat Grobogan. (BMA/Khazanahgrobogan) |
Khazanahgrobogan - Sayur becek atau nasi becek adalah kuliner khas Grobogan warisan leluhur tempo dulu. Disebut sayur becek karena sajian berkuah ini mirip sup iga balungan sapi. Kuahnya bening sedikit keruh bercita rasa segar, gurih, dan asam.
Kuliner khas Grobogan ini juga sering disebut nasi becek
karena dalam penyajiannya memang biasa dihidangkan dengan nasi putih dengan
pelengkap oseng lombok ijo, kacang tolo, dan kering tempe.
Kuah sayur becek bercita rasa gurih yang berasal dari beragam bumbu, meliputi: bawang merah, bawang putih, kemiri, dan ketumbar. Bila ingin pedas, bisa dibubuhi sejumlah cabai. Resep otentik sayur becek menambahkan beberapa lembar daun dayakan sebagai penyedap masakan, adapun cita rasa asam diperoleh dari daun kedondong.
Bahan utama sayur becek umumnya menggunakaan iga balungan sapi, namun tak sedikit warga Grobogan yang menggunakan iga balungan kerbau dan kambing untuk menu beceknya. Ketiganya memiliki akar sejarah dan tradisi dalam masyarakat Grobogan.
Melacak Asal-usul Sayur Becek
Bila dilacak asal-usul sayur becek, kuliner khas Grobogan ini berawal dari sajian yang biasa dihidangkan di acara hajatan warga Grobogan seperti mantenan dan sunatan.
Badiatul Muchlisin Asti dalam buku karyanya berjudul Riwayat Kuliner Indonesia (1): Asal-usul, Tokoh, Inspirasi, dan Filosofi (2022) menyatakan, pada zaman dahulu, masyarakat Grobogan, terutama yang tinggal di perdesaan, hidup dalam kesederhanaan.
Menu makan sehari-hari amat bersahaja. Meliputi nasi dengan sayur mayur yang diperoleh di pekarangan rumah. Lauknya berupa protein nabati seperti tahu-tempe, serta—yang tak ketinggalan adalah sambal. Masakan istimewa yang umumnya ada protein hewani hanya disiapkan bila ada acara-acara tertentu, seperti saat pesta hajatan.
Masih menurut Badiatul Muchlisin Asti, becek acap hadir dalam pelbagai pesta hajatan warga Grobogan. Banyaknya tamu yang hadir, menjadikan kuah masakan ini diperbanyak, agar semua tamu bisa kebagian. Dari sinilah, disinyalir nama becek berasal.
“Becek berarti berair. Biasanya untuk menunjukkan kondisi jalanan seusai hujan. Kuah yang banyak ibarat becek atau penuh air. Sehingga masakan ini dinamakan becek,” tulis Badiatul Muchlisin Asti dalam bukunya.
Juga Hidangan Pesta Panen dan Tradisi
Tidak hanya sebagai hidangan hajatan, ternyata sayur becekkhas Grobogan juga merupakan hidangan pesta yang disajikan di pelbagai acara istimewa lainnya, seperti saat panen padi. Sayur becek sebagai menu saat pesta panen padi, ditemukan di Desa Cingkrong, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan. Saat panen, sayur becek disuguhkan sebagai hidangan untuk para pekerja yang bertugas memanen padi di sawah.
Hadirnya sayur becek sebagai masakan istimewa seperti itu, karena ada elemen protein hewaninya berupa daging sapi, merupakan wujud syukur atas karunia padi yang tumbuh dengan baik dan bisa dipanen.
Selain itu, sayur becek juga bisa ditemukan saat digelar tradisi Barikan yang diadakan setiap bulan Suro oleh warga Desa Godan, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan. Pada tradisi Barikan, bapak-bapak menyembelih sejumlah kambing, lalu diolah menjadi masakan berupa sayur becek. Uniknya, yang mengolah dan memasak harus bapak-bapak, dan saat memasak tidak boleh dicicipi. Setelah masakan jadi, maka sayur becek dari daging kambing dimakan bersama-sama warga dan tamu yang hadir.
Begitulah asal-usul sayur becek khas Grobogan yang ternyata berakar dari budaya kuliner dan tradisi yang berkembang di masyarakat Grobogan, lalu dilestarikan hingga kini, di antara melalui penyajian di warung dan rumah makan. (BMA – Khazanah Grobogan)